Semakin lama, pengguna Bahasa Indonesia terutama orang Indonesia sudah tidak peduli lagi dengan bahasanya sendiri termasuk media. Artinya, kesadaran berbahasa ‘language awareness’ orang sangat kurang. Pasalnya, banyak sekali gejala-gejala kesalahan dalam penulisan Bahasa Indonesia. Berikut contoh anomali para pengguna Bahasa Indonesia.
Bahasa tak ‘Berinduk’
Bahasa tak ‘Berinduk’
‘System Komputer’, ‘Soflen’, ‘Contactlen’, ‘Batteray’, ‘Jam Original’
Bahasa ‘Sungsang’
Bahasa ‘Sungsang’
“MENERIMA KOST-KOSTAN”
Istilah bahasa ’sungsang’ ialah bahasa yang terbolak-balik secara makna.
Kesalahan Penerjemahan Frasa
Seharusnya Media Sosial yang asal frasanya Social Media. Diterangkan-Menerangkan (DM) bukan Menerangkan-Diterangkan (MD).
Penulisan awalan “di-” dan kata depan “di” sering salah. Kesalahan Penerjemahan Frasa
Awalan “di-”
seharusnya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan
kata depan “di” ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya. Mari kita cermati penggunaan “di-” dan “di” berikut. Penulisan “di kunci” seharusnya “dikunci” dan “diluar” seharusnya “di luar”.
Berikut ini penulisan “di-” pada papan informasi yang sudah tepat.
Penulisan awalan “di-” pada papan tersebut sudah tepat, namun penggunaan kata depan “dari” tidak efektif. Kehadiran kata “dari” tidak menambah atau mengurangi informasi yang ingin disampaikan. Oleh karena itu, kata “dari” tidak perlu digunakan.
0 komentar:
Posting Komentar